Jumat, 25 Juni 2010

Evolusi

ISLAM MENJAWAB TEORI EVOLUSI

I. PENDAHULUAN

Setiap orang memiliki cara pandang dan berfikir yang berbeda,seperti halnya dalam menanggapi soal teori evolusi. Sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut.[1]

Jika dilihat dari pengertian evolusi yaitu suatu proses perubahan atau prkembangan secara bertahap atau berlahan[2], maka manusiapun mengalami proses evolusi karena dalam penciptaan manusia itu secara bertahap, sebagaimana firman Allah dalam Al-Hajj ayat 5 ayat

$¨B ß,Î7ó¡n@ ô`ÏB >p¨Bé& $ygn=y_r& $tBur tbrãÏø«tFó¡tƒ ÇÎÈ

“Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (Nya).”

Namun kita sebaga orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari bahayanya[3]

II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah teori evolusi?

2. Ada apa dengan teori evolusi?

3. Bagaimana pendapat ilmuan muslim tentang teori evolusi?

4. Apakah ada dalil yang menjawab teori evolusi?

III. PEMBAHASAN

A. Sejarah Teori Evolusi

Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.

Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun; tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal usul spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species, By Means of Natural Selection pada tahun 1859.

Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.

Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan ideologis, bukan sekadar kepentingan ilmiah.

Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewall Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk "menambal sulam" Darwinisme.

Kader-kader ini berfokus kepada pertanyaan tentang asal usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi -sebuah masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah "mutasi acak" (random mutations). Mereka menamakan teori baru ini "Teori Evolusi Sintetis Modern" (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai "neo-Darwinisme" dan mereka yang mengemukakannya disebut "neo-Darwinis".

Beberapa dekade berikutnya menjadi era perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran neo-Darwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi - atau "kecelakaan" - yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neo-Darwinis berupaya memberikan contoh "mutasi yang menguntungkan" dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.

Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein, yang merupakan molekul penyusun kehidupan, dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-laboratorium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.

Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.

Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi ada satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang "benar" dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu hal terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut "punctuated equilibrium".
Coba-Coba: Punctuated Equilibrium

Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan "punctuated equilibrium". Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam "loncatan" besar yang diskontinu. Sthephen Jay Gould

Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan neo-Darwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neo-Darwinis senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam per-ubahan besar dan tiba-tiba.

Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai "mutasi besar-besaran" (gross mutation), yakni akibat "kecelakaan" besar yang terjadi pada struktur gen. Menurut teori tersebut, seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluruh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum genetika, biofisika dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongeng katak yang menjadi pangeran. Dalam ketidakberdayaan karena pandangan neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neo-Darwinisme itu sendiri.

Satu-satunya tujuan model ini adalah memberikan penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat dijelaskan model neo-Darwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa "seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil" sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan.

Akan tetapi, tidak ada mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, "mutasi besar-besaran" yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan "besar-besaran" pada informasi genetis.

Lebih jauh lagi, model punctuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa yang menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara "tiba-tiba" atau "bertahap" tidak masuk akal.
Kajian-Kajian mendalam tentang sel hanya munkin setelah panamuan mikroskop elektron. Pada masa Darwin, dengan mikroskop primitif seperti ini, hanya mungkin untuk mengamati permukanluar sebuah sel.[4]

Pada dasarnya ide utama darwin dalam teori evolusi yaitu bahwasanya seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi (kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan bereproduksi). Seleksi alam terjadi melalui interaksi antara lingkungan dan keanekaragaman yang melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu populasi produk. Sedangkan produk seleksi adalah adaptasi populasi organisme dengan lingkungannya.[5]

B. Dibalik Teori Evolusi

Sebagian orang yang pernah mendengar "teori evolusi" atau "Darwinisme" mungkin beranggapan bahwa konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi dan tidak berpengaruh sedikit pun terhadap kehidupan sehari-hari. Anggapan ini sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.

Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia.

Kerusakan ajaran materialisme tidak hanya terbatas pada tingkat individu. Ajaran ini juga mengarah untuk meruntuhkan nilai-nilai dasar suatu negara dan masyarakat dan menciptakan sebuah masyarakat tanpa jiwa dan rasa sensitif, yang hanya memperhatikan aspek materi. Anggota masyarakat yang demikian tidak akan pernah memiliki idealisme seperti patriotisme, cinta bangsa, keadilan, loyalitas, kejujuran, pengorbanan, kehormatan atau moral yang baik, sehingga tatanan sosial yang dibangunnya pasti akan hancur dalam waktu singkat. Karena itulah, materialisme menjadi salah satu ancaman paling berat terhadap nilai-nilai yang mendasari tatanan politik dan sosial suatu bangsa.

Satu lagi kejahatan materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi anarkis dan bersifat memecah belah, yang mengancam kelangsungan kehidupan negara dan bangsa. Komunisme, ajaran terdepan di antara ideologi-ideologi ini, merupakan konsekuensi politis alami dari filsafat materialisme. Karena komunisme berusaha menghancurkan tatanan sakral seperti keluarga dan negara, ia menjadi ideologi fundamental bagi segala bentuk gerakan separatis yang menolak struktur kesatuan suatu negara.

Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi materialisme, dasar pijakan ideologi komunisme. Dengan merujuk teori evolusi, komunisme berusaha membenarkan diri dan menampilkan ideologinya sebagai sesuatu yang logis dan benar. Karena itulah Karl Marx, pencetus komunisme, menuliskan The Origin of Species, buku Darwin yang mendasari teori evolusi dengan "Inilah buku yang berisi landasan sejarah alam bagi pandangan kami"

Namun faktanya, temuan-temuan baru ilmu pengetahuan modern telah membuat teori evolusi, dogma abad ke-19 yang menjadi dasar pijakan segala bentuk ajaran kaum materialis, menjadi tidak berlaku lagi, sehingga ajaran ini - utamanya pandangan Karl Marx - benar-benar telah ambruk. Ilmu pengetahuan telah menolak dan akan tetap menolak hipotesis materialis yang tidak mengakui eksis-tensi apa pun kecuali materi. Dan ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa segala yang ada merupakan hasil ciptaan sesuatu yang lebih tinggi.[6]

Evolusi itu lebih merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan, karena para evolusionis tidak pernah menemukan peralihan seperti makhluk setengah hewan atau setengah manusia. Mereka pun tidak bisa membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang canggih para evolusionis tidak berhasil membentuk protein sebaliknya, melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah terjadi dimuka bumi.[7]

C. Pendapat Ilmuan Islam Tentang Teori Evolusi

1. Al-Afganiy,

Ia menolak teori evolusi dengan mengatakan bahwa meski ada beberapa kenyataan yang dialami oleh makhluk-makhluk tertentu yang dianggap sama dengan teori evolusi, tetapi kenyataan tersebut sama sekali tidak dapat membenarkan teori tersebut. Mengenai contoh yang dikemukakan oleh Darwin tentang adanya sekelompok orang yang sudah terbiasa memotong ekor anjingnya, dan kebiasaan itu sudah dilakukan berabad-abad, mengakibatkan anjing-anjing mereka lahir tanpa ekor. Contoh ini dapat dilemahkan oleh kebiasaan orang-orang Ibrani dan orang-orang Arab yang sudah beribu-ribu tahun mengkhitan anak laki-lakinya, tetapi sampai sekarang belum pernah ditemukan ada bayi laki-laki yang lahir dalam keadaan sudah terkhitan. Muhammad Quthub, dalam menolak teori evolusi mengatakan bahwa, manusia mempunyai ciri psikologis tertentu yang sama sekali tidak dimiliki oleh kera. Ciri-ciri tersebut adalah: (1) kemampuan berpikir secara umum dan khusus, (2) kesatuan nisbi dan tindakan rasionalnya, yakni terjadinya pemisahan antara akal dan kelakuan, serta (3) adanya kelompok kesatuan sosial, seperti suku, bangsa, kasta, dan agama.

2. Nashruddin Baidan

Meski menolak teori evolusi pasif, tetapi ia mendukung teori evolusi kreatif. Menurutnya, teori mutasi genetika terasa lebih cocok dengan pemahaman ayat-ayat Alquran, sebab proses penciptaan manusia tidak terjadi sekaligus, tetapi melewati tahap-tahap sesuai dengan kehendak Tuhan dalam firman-Nya: kun fa yakūn (QS Ali ‘Imrān/3/89: 39). Perubahan postur tubuh dari berjalan merangkak menjadi berjalan tegak lurus, merupakan realisasi dari firman-Nya: la qad khalaqnā al-insāna fiy ahsani taqwīm (QS al-Tīn/95/28: 4)

Meski demikian, di akhir uraiannya ia mengatakan bahwa, terlepas setuju atau tidaknya terhadap teori evolusi, yang perlu diyakini adalah Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan. Kalau keyakinan ini sudah tertanam, maka tidak ada masalah tentang teknik penciptaan, baik melalui evolusi maupun tidak. Yang jelas, Adam tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan melalui proses hukum alam.

Dalam kaitan ini, al-‘Aqqad berkata bahwa teori evolusi belum dapat dipastikan kebenarannya, karena pendukung teori tersebut belum dapat menunjukkan satu binatang yang mengalami evolusi dari jenis yang satu ke jenis lain. Namun, teori evolusi juga tidak dapat dikatakan mutlak salah, sebab penciptaan manusia dari tanah tidak mengingkari terjadinya evolusi dari tanah menjadi bukan tanah. Menurut Umar Syihab, Alquran membuka jalan selebar-lebarnya untuk meneliti dan merenungkan segala sesuatu. Alquran sama sekali tidak merintangi manusia untuk mengetahui sesuatu yang bermanfaat. Apabila seseorang menggunakan ayat-ayat Alquran untuk mendukung sebuah teori ilmiah yang belum terbukti kebenarannya, sama halnya dengan menyalahkan sebuah teori yang belum bisa dipastikan kebenaran dan kekeliruannya.

D. Dalil yang menjawab teori evolusi

Ada orang (teori Darwin) yang mengatakan bahwasanya manusia dahulunya berasal dari seekor kera kemudian mengalami evolusi. Apakah ini benar dan apakah dalilnya?

Perkataan ini tidak benar. Adapun dalilnya, bukannya sudah jelas bahwa didalam Al-Quran Allah telah menjelaskan tentang tahap-tahap penciptaan Adam. Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat (artinya): “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (Al Hijr 28-29.[8]

Inilah tahapan-tahapan yang terjadi pada penciptaan Adam yang terdapat di Al Qur’an. Adapun tahapan-tahapan yang terjadi pada proses penciptaan keturunan Adam maka Allah berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(Al Mu’minun 12-14).[9]

Dan dalam hadits dari ibnu Mas’ud.

عن ابى عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال : حدثنا رسول الله ص م وهو الصادقالمصدوق: ان احد كم يجمع خلقه فى بطن امه اربعين يوما ثم يكون فى ذلك علقة مثل ذلك ثم يكون فى ذلك مضغة مثل ذلك ثم يرسل الملك فينفح فيه الروح ويؤمر باربع كلمات بكتب رزقه واجله وعمله وشقى اوسعيد ( روه بخارى مسلم)

Artinya : Dari Abu Abdur rahman Abdullah ibnu ma’sud ra. Berkata’ rosulullah bersabda kepada kami, sedang beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya “Sesungguhnya kejadian seseorang itu dikumpulkan didalam perut ibunya selama 40 hari setelah genap 40 hari kedua terbentuklah segumpal darah beku. Manakala gedap 40 hari ketiga berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh serta memerintahkan supaya menulis 4 perkara, yaitu ditentukan rizki, kematian, amalanya, dan nasib baiknya atau nasib buruknya”.[10]

Benang merah dari teori evolusi Darwin, memang menyesatkan kaum awam yang nota bennya ilmu agama dan mempunyai ilmu pengetahuan yang minim, sehingga masyarakat dalam menerima informasi atau teori diasumsi secara mentah-mentah tanpa adanya langkah kritik dan meneliti kebenarannya, masyarakat yang tingkat keimanannya kurang maka akan muncul adanya miss understanding tentang teori tersebut bahkan penyesatan ideologi, teori Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup itu muncul secara spontan, sedangkan keanekaragaman itu muncul karena adanya seleksi alam. Dengan demikian teori evolusi menunjukan bahwa munculnya kehidupan tanpa campur tangan Tuhan.

Terlepaskan dari benar tidaknya teori evolusi Darwin jika dilihat dari pengertian evolusi yaitu perubahan makhluk hidup secara bertahap membuktikan bahwa Allah SWT juga sang evolusioner, dimana hal tersebut dibuktikan dalam penciptaan alam yang bertahap selama enam hari dan penciptaan manusia mulai dari telur sampai pada wujud manusia yang sempurna.

Seperti pernyataan Darwin bahwa manusia itu hasil evolusi dari kera atau sipanse itu “bohong”. Dimana evolusi itu lebih merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan, karena para evolusionis tidak pernah menemukan peralihan seperti makhluk setengah hewan atau setengah manusia. Mereka pun tidak bisa membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang canggih para evolusionis tidak berhasil membentuk protein sebaliknya, melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah terjadi dimuka bumi.

E. KESIMPULAN

a. Sejarah Teori Evolusi

Masa perintisan teori evolusi dimana para ilmuwan sedang melakukan penelitian dibumi terkait pembuktian penciptaan manusia dalam kehidupan. Masa perkembangan teori evolusi para ilmuwan sedang berlomba-lomba untuk membuktikan teori evolusi.

Masa kejayaan munculnya berbagai pendapat terkait dengan teori evolusi yang menjadi beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ilmuwan selain Darwin.

b. Dibalik Teori Evolusi

Perkembangan teori evolusi sebenarnya tidak sekedar meningkatkan ilmu pengetahuan tetapi ada misi atau kepentingan evolusionis pendoktrinan keyakinan atau kepercayaan kepada masyarakat umum.

c. Pendapat Ulama islam terhadap teori evolusi.

Menurut Al-Afganiy ilmuwan asal turki, ia menolak teori evolusi dengan mengatakan bahwa meski ada beberapa kenyataan yang dialami oleh makhluk-makhluk tertentu yang dianggap sama dengan teori evolusi, tetapi kenyataan tersebut sama sekali tidak dapat membenarkan teori tersebut.

Menurut Nashruddin Baidan menolak teori evolusi pasif, tetapi ia mendukung teori evolusi kreatif. Menurutnya, teori mutasi genetika terasa lebih cocok dengan pemahaman ayat-ayat Alquran, sebab proses penciptaan manusia tidak terjadi sekaligus, tetapi melewati tahap-tahap sesuai dengan kehendak Tuhan.

d. Dalil yang menjawab teori evolusi

Dalam Al-Qur’an surat Al Mu’minun 12-14 tentang penciptaan manusia, dan dalam surat Al Hijr 28-29, dan Hadits Riwayat Bukhori.

F. PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi lebih baiknya penulisan makalah selanjutnya. Semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Biologi, 2003, Jakarta : Erlangga,

Departement Agama, Al-Qur’an, 2005, Jakarta : Sigma.

Ham, Mushadi, Evolusi Sunnah, 2000, Semarang: Aneka Ilmu,

http://www.evolutiondeceit.com/malaysian/14:30/rabu/05/2010

http://www.evolutiondeceit.com/malaysian/14:30/rabu/05/2010

http://www.harunyahya.com/indo/artikel/005. 14:30/rabu/05/2010

http://www.harunyahya.com/indo/buku/keruntuhan003. 14:30/rabu/05/2010

Imam Annawawi, Terjemah Hadits Arba’in Annawawi, 2001, Jakarta : Al-I’tishob.

Yahya, Harun, Peruntuhan Teori Evolusi, 2007, Bandung: Buku-Buku Sains Islami.



[2] Mushadi Ham, Evolusi Sunnah, Semarang: Aneka Ilmu,2000 Hlm

[3] http://www.harunyahya.com/indo/artikel/005.htm14:30/rabu/05/2010

[5] Neil A. Campbell, Biologi, Jakarta : Erlangga, 2003 hlm. 12.

[7] Harun Yahya, Peruntuhan Teori Evolusi, 2007, Bandung: Buku-Buku Sains Islami, hlm , 168.

[8] Departement Agama, Al-Qur’an, 2005, Jakarta : Sigma hlm. 262.

[9] Ibid, Al-Qur’an, Jakarta : Sigma hlm. 342.

[10] Imam Annawawi, Terjemah Hadits Arba’in Annawawi, 2001, Jakarta : Al-I’tishob,hlm. 12-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar