Selasa, 11 Mei 2010

GARA-GARA FACEBOOK

Minggu pagi seperti biasa Septi berdiam diri dikamarnya. Ia mencoba membuka laptopnya, berselancar kedunia maya. Bergabung bersama facebook adalah aktivitas terfavoritnya. Ia memang hobi bermain ke dunia maya karena ia dapat bebas berekspresi. Gadis beranjak remaja ini memang amat berbeda dengan teman-teman sebayanya. Ia lebih memilih duduk di hadapan layar sambil memainkan keyboard tanpa peduli, bahwa hidup butuh teman yang benar-benar nyata untuk berbagi cerita. Benar saja, gadis ini amat pemalu sehingga ia merasa kurang pede ketika bergaul dengan orang lain di manapun ia berada tidak hanya di sekolah, kerabat dekat keluarga(ada kalimat seharusnya sebagai pelengkap kata tidak hanya….tetapi juga). Suatu hari hujan turun begitu deras, Septi tidak bisa tidur malam itu. Akhirnya ia memilih bermain facebook. Baru sebentar, sedang asyiknya chatting dengan seorang teman barunya di facebook. Temannya adalah seorang cewek.

Septi, sudah sholat isya’ belum?” tanya ibunya dari luar pintu kamar. Karena tak ada jawaban ibu langsung masuk kekamar Septi. Sekali lagi…..

Sayang, dah sholat lom?kata ibu Yulia mengulang. “Udah ma”,Septi menjawab pelan.

“Ya, udah ibu tidur dulu, kamu jangan malam-malam nanti ngantuk di kelas.

“Beres, mom”.sangking asyiknya Septi sampai tidur didepan layar. Kehidupan Septi di sekolah, ia lebih memilih sendiri atau pergi ke perpustakan terkadang ia juga mengikuti kegiatan rohis. Banyak diantara temannya yang suka ngeledeki Septi katanya dia katro, Septi culun, Septi ndak gaul dan masih banyak yang lain. Septi tidak pernah memperdulikan teman-temannya ia malah asyik sendri dengan hobinya serta kebiasaannya

. “Sep, kekantin yuk?”,suara Erni teman sekelasnya

“Maaf Er, aku mau ke perpus”, Septi menjawab pelan sambil berlalu.

Akhir-akhir ini Septi mersasa senang karena telah menemukan kawan baru meskipun dalam dunia maya. Ia bisa memberi banyak masukan dan perhatian melalui kata-katanya yang manis, petuah atau nasehat religius pengetahuan keagamaan. Septi belajar banyak tentang kehidupan meskipun ia belum bisa bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya.

Tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari ibunya penting

”Sekarang Septi pulang, bapak sakit’.

Jantungnya berdegup kencang, air mata bekunya menetes hingga memenuhi jilbab yang menutupi dirinya, basah. Sekuat tenaga yang tersisa ia kuatkan menuju rumah. Namun tak mendapat apapun jua, sang ibu telah bertolak kerumah sakit Cempaka. Sesampainya disana semua keluarga telah berkumpul, dari nenek dan kakeknya serta kerabat lainnya. Diatas ranjang putih ayahnya, berbaring lemas tak berdaya, selang-selang memenuhi wajah dan tangannya. Di sampingnya berbagai peralatan medis tepasang. Ibu menangis dengan air mata kesetiaan yang tak pernahku lihat. Ia berlari memeluk anaknya(aku?), membawanya mendekati ayah yang terbaring.
“ Septi, sayangilah ibumu, jangan pernah kau tinggalkan sholat dan berbuat baiklah selalu pada orang lain.

Sore itulah, Rabu, Septi ditinggalkan orang yang paling dekat dengan ibunya(?). Kesepiannya semakin memperparah keadaan, sama sekali ia tidak pernah keluar rumah atau di ajak ibunya. Pertemanannya di dunia maya semakin menjadi-jadi. Setelah hampir enam bulan teman facebooknya meminta bertemu.

“Septi, temani ibu kerumah nenek sambil liburan ke Bandung?ucap ibu

“Ya bu, tapi Septi jangan hari ini karena Septi ingin diam kamar?”

“Besok pagi ndak apa-apa sayang, sambil ibu beres-beres. Entar bantu ibu’

“Oke mom, jangan khawatir”.(dengan kalimat septi di tinggalkan… kurang pas)

Senin pagi suasana puncak memesona, kesejukan menyelimuti tubuh senang. Ibu tampak bahagia memulai harinya bertemu nenek dan kakek.

“Septi, dari tadi senyum-senyum sendiri, ada yang berkesan , ayo donk berbagi dengan ibu?”.

Ulah centil ibu diikuti cubitan lembutnya mengenai pipinya. Disepanjang perjalanan tak terasa melelahkan malahan terkesaan enjoy menikmati alam yang terhampar di kanan kiri jalan. Tepat pukul 12.00 siang sampai di rumah nenek. Sambutan kehangatan menyentuh kesehajaan dari keluarga kakek. Septi memilih untuk langsung ke kamar. Teman barunya segera kembali menyapa. Esok lusa ia memintanya menemui di kebun teh dekat perkkebunan kakek. Malam terlalu indah untuk dilalui. Mimpi memberi harapan baginya untuk menemui sahabat yang tak pernah ia temui. Keesokan hari, setelah sarapan ,ia pamit untuk jalan-jalan. Disana untuk kesekian kali selalu saja ia pergi menuju sebuah gubuk kecil. Dulu tempat itu sebagai tempat bertmainnya. Ketika sedang asik mengenang kisah masa kecilnya , ia dikagetkan oleh suara dari arah belakang. Ternyata dialah teman di dunia maya. Tak menyangka ia begitu dewasa dari umurrnya. Keduanya bercerita panjang lebar, ngelantur kemana-mana. Hingga langit medungpun mereka tak tahu. Tak berapa lama hujan amat deras mengguyur bumi. Hujan mereda mereka bergegas kembali ke rumah. Mereka berdua berjanji akan bertemu kembali nanti. Sebulan kurang tiga hari telah lewat, perpisahann semakin dekat.

“Sep, kamu ingin seorang ayah atau mencarikan seorang teman lagi kepada ibumu?memberi kebahagian kepada seorang ibu itu sesuatu kebaikan”.Yanti bertanya serius(teman facebook Septi). Peletakkan kurang tepat. Sebaiknya setelah kata yanti, terus ….

“Eeh…….,aku sebenarnya ingin memberikan ibu kebahagiandengan mencari seorang pengganti ayah tapi kurasa ibu sudah bahagia walaupun hidup hanya berdua .

“Jika da orang yang mencintai ibumu dan ingi menikahinya, apa pendapatmu?

“Kalau memang ia baik, ibu juga mencintainya dan yang terpenting beliau bisa membahagiakan ibu, aku pasti mengijikannya siapapun itu.”kata Septi tulus.

Tanpa kedua sahabat ini sadari ayah yanti dan ibu Septi telah bersahabat sejak lama. Yanti di tinggalkan ibunya karena kecelakaan sepuluh tahun yang lalu, sedangkan Septi ditinggalkan ayahnya karena penyakit jantung yang dideritanya dua tahun yang lalu. Perpisahan Yanti dan Septi adalah bukan sebuah akhir persahabatan justru menjadi sebuah awal dari persahabatan yang lebih dari sekedar sahabat. Karena ayah Yanti telah menyatakan cintanya kepada ibu Septi. Dibuktikan dengan menikahinya sebulan kemudian. Tak menyangka facebook bisa menyatukan dua buah cinta persahabatan dan keluarga. Facebook ternyata akan memberi manfaat yang baik jika digunakan sebaik-baiknya. Setelah pernikahan ibu Septi yang kedua ini menjadi pelajaran yang berharga begi Septi untuk belajar berinteraksi dengan orang lain terutama disekolah. hasilnya ia tidak lagi sendiri, atau duduk di kamarnya sambil bermain dengan facebook setiap minggu. Yanti sebagai kakaknya selalu memberi motivasi dan dukungan moril begitu juga dengan ayah tirinya kepada Septi.

Beberapa catatan dari temanmu.

  1. Tentukan kata yang akan gunakan. Pop, klasik, atau roman.
  2. Ada beberapa adegan yang harus di perjelas. Seperti sikap ibu Septi. Septi remaja, umur berapa? Smp, atau Sma?
  3. Secara keseluruhan temanya baru. Namun, hati-hati jangan sampai alur cerita seperti kebanyakan sinetron-sinetron teve. Aku penyuka sinetron.
  4. Judul kurang menggigit. Gara-gara facebook. Kata gara-gara itu biasa identik dengan hasil yang buruk. Misal gara-gara facebook, ia patah hati. Padahal pada cerpenmu kali ini hasilnya baik.

Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar